Yang Terlewat dari Kunjungan Kapolri ke Pesantren UAS: YTWU Menjangkau Dhuafa lewat Aksi Nyata

PEKANBARU — Di balik sorotan kamera yang mengikuti langkah Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo saat mengunjungi Pesantren Nurul Azhar asuhan Ustad Abdul Somad (UAS), Sabtu (12/7), ada satu narasi penting yang nyaris luput dari pemberitaan arus utama. Yakni suara dari lapisan terdalam masyarakat yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Tabung Wakaf Umat (YTWU), Ustad Alnof Dinar.

Dalam forum terhormat bertajuk Sambang Petang Kapolri dan UAS yang dihadiri para pejabat utama Polri, Polda Riau, Gubernur Riau, Rocky Gerung, hingga para tamu VVIP, Ustad Alnof menyampaikan potret sesungguhnya kehidupan sebagian besar masyarakat Riau, yang masih bergelut dengan kemiskinan struktural.

“Banyak yang susah makan, susah sekolah, susah mendapatkan pakaian dan rumah yang layak,” ujar Ustad Alnof lugas di hadapan forum.

Ia memaparkan bagaimana YTWU, lembaga sosial keagamaan yang lahir di tengah krisis pandemi pada 6 Juni 2020, hadir menjangkau kalangan dhuafa dengan aksi nyata. Didirikan oleh UAS dan para sahabatnya, YTWU memulai langkah dengan gerakan Sedekah Pangan Bersama UAS — menyediakan beras, suplemen, madu, serta beasiswa pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.

Yayasan ini juga rutin mengadakan program Khitan Ceria, Tebar Hewan Qurban ke wilayah pedalaman, ambulans gratis, rehabilitasi madrasah, hingga bantuan logistik saat terjadi bencana, baik di Riau maupun luar provinsi. Salah satu program unggulannya adalah memberikan beasiswa penuh untuk satu kelas santri dhuafa setiap tahun di Pesantren Nurul Azhar.

Tak hanya itu, YTWU juga bergerak pada aspek pemikiran. Dalam paparannya, Alnof menekankan bagaimana mereka berdiri di tengah masyarakat yang rentan terpapar pemikiran ekstrem dan radikal. Melalui pendidikan dan teladan, mereka menyebarkan nilai-nilai kelembutan dan toleransi, sebagaimana diwariskan oleh para ulama Al-Azhar, Mesir, tempat sebagian pendirinya menimba ilmu.

“Kami mengikuti guru-guru kami di Al-Azhar yang mengajarkan ajaran-ajaran humanis. Duduk bersama pemuka agama lain bukan hal yang asing bagi kami,” katanya.

Nama-nama seperti Daniel Mananta dan Rocky Gerung disebut sebagai tamu yang pernah berdiskusi langsung di pesantren tersebut, menandai keterbukaan mereka dalam menjalin hubungan lintas iman dan ide.

Alnof menutup dengan menegaskan bahwa kiprah mereka bukan sekadar wacana. “Kami hadir dari kekuatan rakyat jelata. Tanpa sokongan jalur cepat pemerintah. Semua yang kami paparkan sudah kami buat, bukan baru akan dibuat,” tegas Ustad Alnof lagi.

Di tengah gemerlap agenda kunjungan Kapolri dan keramaian protokoler, suara ini mungkin tak terdengar lantang. Namun ia menyimpan denyut nadi perjuangan sosial yang sejati, datang dari bawah, berjalan dengan perlahan, namun menjejak dalam. (uje)